Sabtu, 05 November 2016

Article islami

UPAYA PONDOK PESANTREN DALAM MEMPERTAHANKAN KULTUR PESANTREN SALAFIYAH PADA ERA MODERNISASI
Sebelum membahas tentang permasalahan yang timbul dalam lingkungan pondok pesantren dalam bingkai modernisasi, perlu adanya pengenalan tentang siapakah santri itu? Santri adalah sebutan bagi seseorang yang menimba ilmu agama islam di suatu tempat yang dinamakan pondok pesantren (dikutip dari Wikipedia.com). Santri biasanya menetap di pondok pesantren hingga pendidikannya selesai. Seperti yang telah diketahui khalayak bahwasannya pendidikan di pondok pesantren sangatlah berbeda dengan pendidikan formal diluar pesantren dilihat dari segi manapun.
Pesantren pada umumnya memiliki keunikan tersendiri untuk diteliti seiring dengan perkembangan zaman, namun pesantren juga mempunyai masalah tersendiri yang kompleks dalam menghadapi modernsasi, terutama dalam masalah ini modernisasi sangat berpengaruh kuat terhadap kepribadian serta etika yang dimiliki seorang santri. Hal ini ditunjukan dengan adanya gejala-gejala yang muncul seiring dengan perkembangan modernisasi yang dialami oleh santri seperti cara berpakaian, penggunaan teknologi serta sosial media, bahkan yang paling penting adalah keilmuan.
Dimulai dari cara berpakaian santri yang mengalami penurunan moral yaitu seringkali dijumpai seorang santri mengenakan pakaian yang dirasa kurang pantas digunakan serta tidak dapat mencerminkan budaya pondok pesantren, seperti contoh pakaian yang metal (punk), ketat, maupun pakaian yang transparan. Hal ini membuktikan bahwa santri memang mengalami degradasi moral yang diakibatkan oleh modernisasi dan pengaruh dari budaya luar pesantren.
Selanjutnya yakni dalam bidang teknologi terutama penggunaan internet. Internet dapat memberi informasi tanpa batas serta dapat diakses dengan luas. Hal ini memudahkan santri untuk mengakses semua informasi dengan mudah. Namun selain mengakses informasi tidak sedikit pula santri yang menyalah gunakan penggunaan internet seperti sosial media yang berlebihan, mengupload foto tanpa jilbab di sosial media, dan yang paling parah santri dapat mengakses situs porno yang terdapat di internet pula.
Dilihat dari sikap dan segi keilmuan, serta jika dibandingakan antara santri pada masa yang telah lalu  dan santri pada masa kini, sangatlah memiliki perbedaan yang signifikan. Banyak anak muda (santri) yang tingkah lakunya tidak mengenal sopan santun dan cenderung tidak memiliki rasa peduli terhadap lingkungan. Hal ini pun tidak jarang dilakukan terhadap guru yang seharusnya dihormati serta diteladani. Santri pada masa kini dianggap kurang ta’dzim terhadap pengajar yang tak lain adalah penyalur ilmu bagi santri itu sendiri.
Dari berbagai gejala yang telah disebutkan akibat modernisasi diatas, maka perlu adanya perubahan yang dilakukan mulai dari perubahan pola pikir (mindset) yang harus lebih dapat mencerna atau memfilter penemuan baru yang seharusnya menguntungkan dan bersifat edukatif terutama mereka adalah seorang santri yang mana seharusnya lebih memiliki kepribadian Islami yang mampu menilai dan menyikapi setiap pemikiran, fakta dan peristiwa yang berkembang di masyarakat serta adanya penekanan serta penegasan peraturan tata tertib di pondok pesantren agar santri patuh pada peraturan serta mengikuti apa yang sudah di tetapkan di dalamnya. Seperti yang sudah di terangkan dalam Surah Al-baqarah ayat 208.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱدْخُلُوا۟ فِى ٱلسِّلْمِ كَآفَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا۟ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيْطَٰنِ إِنَّهُۥ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu (Qs. 2 : 208).

Upaya ini dapat dilakukan, oleh santri yang telah memiliki kesadaran Islam yang tinggi, pemahaman keislaman yang secara menyeluruh dan memberikan suri tauladan yang baik untuk di transformasikan kepada santri yang lain, agar dapat melaksanakan nilai-nilai keIslaman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar