UPAYA PONDOK PESANTREN DALAM MEMPERTAHANKAN
KULTUR PESANTREN SALAFIYAH PADA ERA MODERNISASI
Sebelum
membahas tentang permasalahan yang timbul dalam lingkungan pondok pesantren
dalam bingkai modernisasi, perlu adanya pengenalan tentang siapakah santri itu?
Santri adalah sebutan bagi seseorang yang menimba ilmu agama islam di suatu
tempat yang dinamakan pondok pesantren (dikutip dari Wikipedia.com). Santri biasanya
menetap di pondok pesantren hingga pendidikannya selesai. Seperti yang telah
diketahui khalayak bahwasannya pendidikan di pondok pesantren sangatlah berbeda
dengan pendidikan formal diluar pesantren dilihat dari segi manapun.
Pesantren pada
umumnya memiliki keunikan tersendiri untuk diteliti seiring dengan perkembangan
zaman, namun pesantren juga mempunyai masalah tersendiri yang kompleks dalam
menghadapi modernsasi, terutama dalam masalah ini modernisasi sangat
berpengaruh kuat terhadap kepribadian serta etika yang dimiliki seorang santri.
Hal ini ditunjukan dengan adanya gejala-gejala yang muncul seiring
dengan perkembangan modernisasi yang dialami oleh santri
seperti cara berpakaian, penggunaan
teknologi serta sosial media, bahkan yang paling penting adalah keilmuan.
Dimulai dari
cara berpakaian santri yang mengalami
penurunan moral yaitu seringkali dijumpai seorang santri mengenakan pakaian yang
dirasa kurang pantas digunakan serta tidak dapat mencerminkan budaya pondok
pesantren, seperti contoh pakaian yang metal (punk), ketat, maupun pakaian yang
transparan. Hal ini membuktikan bahwa santri memang
mengalami degradasi moral yang diakibatkan oleh modernisasi dan pengaruh dari budaya luar pesantren.
Selanjutnya
yakni dalam bidang teknologi terutama penggunaan internet. Internet dapat
memberi informasi tanpa batas serta dapat diakses dengan luas. Hal ini
memudahkan santri untuk mengakses semua informasi dengan mudah. Namun selain
mengakses informasi tidak sedikit pula santri yang menyalah gunakan penggunaan
internet seperti sosial media yang berlebihan, mengupload foto tanpa jilbab di
sosial media, dan yang paling parah santri dapat mengakses situs porno yang
terdapat di internet pula.
Dilihat dari
sikap dan segi keilmuan, serta jika dibandingakan antara santri pada masa yang
telah lalu dan santri pada masa kini,
sangatlah memiliki perbedaan yang signifikan. Banyak anak muda (santri) yang
tingkah lakunya tidak mengenal sopan santun dan cenderung tidak memiliki rasa
peduli terhadap lingkungan. Hal ini pun tidak
jarang dilakukan terhadap guru yang seharusnya dihormati serta diteladani. Santri
pada masa kini dianggap kurang ta’dzim terhadap pengajar yang tak lain adalah
penyalur ilmu bagi santri itu sendiri.
Dari berbagai gejala yang telah disebutkan
akibat modernisasi diatas, maka perlu adanya perubahan yang dilakukan mulai
dari perubahan pola pikir (mindset) yang harus lebih dapat mencerna atau
memfilter penemuan baru yang seharusnya menguntungkan dan bersifat edukatif
terutama mereka adalah seorang santri yang mana seharusnya lebih memiliki kepribadian
Islami yang mampu menilai dan menyikapi setiap pemikiran, fakta dan peristiwa
yang berkembang di masyarakat serta adanya penekanan serta penegasan peraturan
tata tertib di pondok pesantren agar santri patuh pada peraturan serta
mengikuti apa yang sudah di tetapkan di dalamnya. Seperti yang sudah di
terangkan dalam Surah Al-baqarah ayat 208.
يَٰٓأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱدْخُلُوا۟ فِى ٱلسِّلْمِ كَآفَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا۟
خُطُوَٰتِ ٱلشَّيْطَٰنِ إِنَّهُۥ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ
Hai
orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya,
dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu
musuh yang nyata bagimu (Qs. 2 : 208).
Upaya ini
dapat dilakukan, oleh santri yang telah memiliki kesadaran Islam yang tinggi,
pemahaman keislaman yang secara menyeluruh dan memberikan suri tauladan yang
baik untuk di transformasikan kepada santri yang lain, agar dapat melaksanakan
nilai-nilai keIslaman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar